“SABAR”
Pernahkah
anda mengeluh dalam kehidupan Dan tidak terima dengan keadaan, sehingga kerap
batin ini berucap :
“Ya Allah mengapakah Engkau selalu
menyelimuti aku dengan mendung kedukaan? Sementara orang lain tak pernah surut
dengan kebahagiaan? Adilkah itu ya Allah? Di dunia ini aku merasa
dihamba-tirikan, Aku merasa penuh dengan penderitaan. Satu masalah selesai,
masalah lain datang silih berganti. Bahkan tak jarang muncul cobaan baru,
padahal belum kering rasanya air mata duka ini.
Ada sebuah kisah yang
menarik. Mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi buat kita semua.
Suatu
ketika ada meseum yang sangat besar. Di dalamnya terdapat patung marmer dengan
beralaskan lantai marmer yang indah. Patung itu dipasang di ruang utama. Banyak
pengunjung dari seluruh dunia yang datang untuk mengagumi keindahan patung itu.
Pada
suatu malam, si lantai marmer, berkata pada patung itu,”Wahai patung marmer ini
sungguh tidak adil . sungguh tidak adil, mengapa setiap orang yang datang dari
seluruh dunia mengagumimu, sementara mereka menginjakan kakinya di atas
tubuhku. Aku merasa terhina dengan ini semua, aku selalu diinjak-injak. Ini
sungguh tidak adil!!!”
Patung
itu menjawab, “Tenang sahabatku, apakah kamu masih ingat, kita sesungguhnya
dari gua yang sama? Bukankah kita sama-sama lahir dari tempat itu?
Si
lantai Marmer kembali berseru.
“Yah,
itulah yang membuatku tambah tidak adil. Kita lahir dari tempat yang sama
tetapi kita mendapat perlakuan yang berbeda. Tidak adil!!!”
Dengan
tenang patung itu berkata.
“Lalu,
apakah kamu juga masih ingat saat ada seorang pematung yang datang kepadamu,
namun kamu menolak itu semua? Apakah kamu masih ingat saat kamu menolak diukir
oleh pahat-pahat itu?”
“Ya
tentu saja aku masih ingat, ujar si lantai. Aku benci pria itu. Bagaimana
mungkin aku bisa menerimanya? Pahat-pahat itu sangat menyakitkan.”
“Betul,
pematung itu tidak bisa bekerja membuat karya, sebab kamu menolak untuk diukir
olehnya,” ujar si patung.
Lantai
itu bertanya lagi,
“Lalu,
mengapa demikian?”
“Sahabatku,
saat pematung itu selesai denganmu, Dan mulai mengukirku, aku tahu, suatu saat,
aku akan tampil berbeda. Aku akan menjadi lebih baik suatu saat nanti. Aku juga
tahu, kerja kerasnya akan membuatku tampil lebih indah. Aku menerima semua alat
yang digunakannya. Walaupun memang, semua pahat-pahat itu begitu menyakitkan
menimpa tubuhku.” Jelas si patung panjang lebar.
Sakit
demi sakit yang hadir itu bukan tanpa harga. Goresan-goresan yang menyakitkan
bukan tanpa arti. Itu adalah cara Allah membentuk diri kita. Membentuk diri
kita agar memahami akan arti kemuliaan. Ini cara Allah menurunkan kasih
sayangNya pada kita semua. Bahkan kalau dipikir-pikir, jangankan kita sebagai
manusia biasa, Nabi Muhammad pun yang maksum, manusia paling mulia kekasih
Allah, tidak luput dari dera Dan cobaan. Sungguh kita malu apabila selalu
berkeluh kesah.
Wasslam. Wr. Wb.
Dikutip : Buku "Muslimah Anti Galau"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar