"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya." (HR. Al Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573).
Ta’aruf gagal maka coba lagi :D tak ada kegagalan selama kita terus mencoba untuk bangkit, kita gagal karena kita berhenti mencoba. Saat gagal maka silahkan bersedih bahkan boleh nangis
Saya hanya ingin berbagi kisah
seseorang serta memotivasi teman-teman yang pernah gagal dalam ta’aruf. Ta’aruf
gagal gak apa-apa kawan, sedih? tentu boleh karena itu sebuah kewajaran koq.
Saat usia kita telah memasuki
hampir seperempat abad ataupun lebih, maka pikiran-pikiran untuk membangun
cinta bersama seseorang yang halal sangat diharapkan. Ditambah lagi telah
menyelesaikan kewajiban kampus dengan tepat waktu, lalu sudah bekerja pula, so
tunggu apalagi. Bahagia bisa dibilang iya ketika dengan tiba-tiba tanpa
disangka-sangka sebelumnya datanglah seseorang yang mengutarakan keinginannya
untuk ta’aruf dengan kita. Namun jalan tak selalu mulus kawan, saat awal
ta’aruf maka jangan terlalu berharap lebih jika ta’aruf yang kita jalani bakal
berhasil, pun jangan langsung diberi lebel bahwa calon kita itu pastilah jodoh
kita, belum tentu, hak Peto tetap berada ditangan Allah. Sebagai manusia yang
Cuma seorang hamba kita hanya diperkenankan berikhtiar sebaik mungkin semampu
kita. Berusahalah jujur dan terbuka saat ta’aruf, agar tak ada yang merasa
dikecewakan nantinya.
Di awal kita juga harus sudah
siap dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan, termasuk itu kemungkinan yang
terburuk sekalipun (saya siap dengan semuanya baik dan buruk itu pasti yang
terbaik buat saya). Sebelum membuat keputusan untuk ta’aruf beri jeda minimal
satu minggu untuk memutuskan, libatkan Allah dalam hal ini. Sebelum memulai
proses ta’aruf katakanlah informasi-informasi penting tentang diri kita di
awal, jangan ditengan jalan bahkan di akhir proses ta’aruf, khawatir membuatnya
merasa di tipu nantinya, jangan lakukan ya (jujurlah di awal).
Farhani sendiri di awal sebelum
proses telah mengatakan perihal dirinya yang punya penyakit serius, sekarang
keputusannya ada dengan dia terserah apakah mau mundur atau lanjut, Farhani sudah
siap dengan apapun keputusannya kelak, yakin itu pasti yang terbaik buat semuanya.
(Husnuzan padaNya jadi agenda wajib). Dia bilang minta waktu satu minggu untuk
memikirkannya masak-masak dahulu, dia tak mau mengambil keputusan tergesa-gesa.
Satu minggu telah berlalu, Farhani yang
duluan menanyakan kepadanya apakah sudah ada keputusan yang mantap, mau
mundurkah atau maju. Dia bilang butuh rekam medis penyakit Farhani dengan
detail untuk mengambil keputusan, masalah biaya dia semua yang tanggung, Farhani
menegaskan kepadanya bahwa tidak mau merepotkan siapapun apalagi pakai uang dia
segala, nggak!. Ya, Farhani bisa sendiri tetapi nanti kira-kira bulan depan
karena masih ada kewajiban yang lain. Dia meminta dipending, Farhani katakan
jika dipending ta’arufnya kita tidak tahu pasti sampai kapan pendingnya, Farhani
katakan dengan tegas bahwa saya tidak mau berlama-lama dalam ketidakpastian.
Lebih baik segera ambil keputusan, saya juga sudah sangat siap dengan apapun
keputusannya. Finally dia mengatakan: “Iya
dek, kakak nggak bisa kalau tanpa data yang falid dari dokter, kalo tidak bisa
di pending kita stop saja dahulu, karena kakak nggak tahu tindakan-tindakan
yang harus dilakukan kedepannya, nanti kalau adek sudah check up boleh
disampaikan kakak, kakak ambil keputusan ini agar tidak nyakitin adek terlalu
lama, semoga Allah berikan kesembuhan ya..” jawab Farhani melalui pesan
singkat: ”sepertinya tidak perlu kak, lebih baik kakak carilah calon yang lain,
toh walaupun nanti sudah check uo hasilnya tetap sama, penyakit itu positif di
adek, karena tanda-tandanya juga sudah jelas, jadi kakak tidak perlu menunggu
musti harus di check up buat tahu penyakitnya, adek minta maaf kak kalau adek
pernah sengaja ataupun tidak sengaja menykiti kakak baik lewat kata-kata
ataupun sikap.
Agak sedih iya, Farhani pikir
dialah orang itu ternyata bukan. Dari respon-responnya farhani sudah bisa
menangkap sinyal-sinyal keberatan bahwa si calon nya tadi bingung dan ragu
untuk terus melanjutkan, dia paham itu. Semua orang sudah pasti menginginkan
memperoleh pendamping yang sehat lahir dan batin tentunya, termasuk dia.
Sungguh mudah menemukan seseorang yang siap menerima kelebihan-kelebihan kita,
bahkan mengantri untuk itu, namun untuk siap menerima kekurangan-kekurangan
kita tidak mudah mungkin hanya 1001, dan hanya orang pilihan.. Ketika iman
bicara maka ukuran-ukuran fisik duniawi menjadi tidak penting, sebab yang kita
cari adalah seseorang yang mampu tuntun-menuntun kita ke SurgaNya. Farhani
sadar belum termasuk golongan orang-orang shalih, manfaatkan waktu yang tersisa
untuk terus memperbaiki diri. Mengapa perjuangan ini begitu pahit? Karena
surgaNya begitu manis, RidhaNya lah yang kita cari. Jika saat ini belum maka
bukan berarti tidak akan ada, biarlah itu menjadi hadiah terindah dariNya buat
kita. Tetaplah berbaik sangka kepada Allah, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat
buruk bagimu, Allah maha mengetahui sedang kamu tidak.” Farhani tahu dia cuma
seorang hamba. Satu hal yang pasti apabila kita ikhlas dengan sesuatu yang
Allah takdirkan terjadi, maka yakinlah Allah akan menggantinya dengan yang
lebih baik. J J J
Tutup kisah ini dengan
senyuman, pelajaran hari ini. Semoga bermanfaat
serta memotivasi yang gagal untuk terus menjadikan agenda wajib untuk
selalu berbaik sangka padaNya.
Bismillahirrahmanirrahim.
Rabbana Hablana Miladunka Zaujan Thoyyiban Wayakuna Shohiban Li Fiddin waddunya
wal akhirat. AAmiin. (semoga kita semua diberikan jodoh yang terbaik untuk
agama, terbaik untuk dunia dan terbaik untuk akhirat) J
3 komentar:
tes, semoga bermanfaat....
Assalamualaikum ukhti,... Semangat kisahnya
assalamu'alaikum..
Posting Komentar