Kita sering kali merasa-rasa
paling hebat, merasa paling shaleh/ shalehah, merasa paling pintar, merasa
paling ganteng/ cantik, paling kaya, pun GR merasa-rasa banyak yang suka bahkan
naksir kita. Hey.. what do you feel? Kita kerap kali menyimpulkan sesuatu
berdasarkan analisis diri sendiri dan terkadang tanpa diikuti dengan fakta
sebenar-benarnya. Apakah benar, kita sudah hebat, memang sehebat apa sih kita? Seshaleh/
shalihah apa sih kita? Sepintar apa sih kita? Seganteng/ secantik apa sih kita?
Sekaya apa sih kita? Hingga narsis merasa yang paling.. more than, more than,
and maybe more than anything… yeah!!!
Memangnya kita siapa? Kita
manusia hanyalah berasal dari setetes air mani yang hina, lah kok sudah merasa
yang paling. Padahal ada Dzat yang Maha paling segala-galanya, paling kaya raya
iya, pemilik jagat raya the one and only! Harga mati. Bahkan kalo diberi lebel
angka saya hanyalah O (nol besar) bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Kalo
mati pun ya kembali menjadi tanah jadi santapan ulat-ulat belatung, hhiiii. Tak
punya kuasa apa-apa terhadap apapun tanpa terkecuali.
Merasa-rasa sudah paling
shaleh/ shalihah? Hey apakah kita tak pernah melakukan dosa sekalipun, baik
yang kecil maupun yang besar? Saya yakin semua manusia di dunia pernah melakukan
dosa. Segera lupakan kebaikan-kebaikan, amalan-amalan baik yang pernah kita
lakukan namun ingatlah selalu kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa yang pernah
kita lakukan, dengan begitu paling tidak kita tidak merasa-rasa sudah paling
shaleh/ shalihah lantas bersombong diri dan berhenti memperbaiki diri.
Merasa-rasa paling pintar?
Memang sudah berapa banyakkah ilmu yang kita kuasai hingga sudah merasa paling
pintar sedunia. Pun punya ilmu segudang tapi tak disalurkan lagi kepada orang
lain hingga ilmunya terhenti di kita sama saja bohong, bukankah manusia yang
paling baik ialah manusia yang bermanfaat untuk orang banyak, dan ilmu yang
bermanfaat adalah ilmu yang disampaikan lagi kepada orang lain terus menerus
secara berantai. Ilmu yang dimiliki manusia itu ibarat seekor burung yang
mencelupkan paruhnya ke dalam air laut lalu mengangkat paruhnya lagi sehingga
air itu menempel hanya sedikit saja di paruhnya, air yang menempel di paruh
burung itulah ilmu manusia sementara air laut yang luas itulah ilmu Allah takkan
ada yang bisa menandingiNya.
Merasa-rasa paling ganteng/
cuantiiik sedunia? Jika ukuran ganteng dan cantik hanya sebatas di mata saja
alias fisik maka itu bukanlah ukuran hakikat kegantengan/ kecantikan yang
sesungguhnya. Itu semua memang relatif tergantung masing-masing orang yang
menilainya. Kita makhluk akhir jaman belum ada apa-apanya dibanding dengan
Rasulullah yang konon katanya (mereplay cerita Dosen saya saat kuliah dulu)
kata beliau kalo Nabi Yusuf saja gantengnya luar biasa yang menurut cerita di
dalam al Quran para wanita di jamannya ketika melihat nabi Yusuf maka seketika
itu tanpa sadar mengiris-iris jari tangannya sendiri karena terpukau oleh
kegantengan nabi Yusuf, MasyaAllah. Bagaimana dengan kegantengan Rasulullah?
Lebih ganteng lagi, lagi dan lagi luar dan dalam tentunya, yeah of course! Yang
bila di ibaratkan sebuah lingkaran maka nabi Yusuf hanya setengahnya saja, lah
kita manusia biasa dan bukan nabi seberapa nya ya dari ketampanan mereka?
Silahkan jawab sendiri didalam hati saja, monggo kita bayangkan. Kalo
dibayangan saya mah kagak ada apa-apanya, jauuuuuh sekali perbandingannya,
apalagi jika yang dilihat hanya casing nya saja. Nol.
Merasa-rasa paling kaya? Harta
bukan jaminan hidup bahagia dunia akhirat. Jika kita tak pandai menjaga titipan
Allah yang satu ini, maka bersiaplah kita kelak di akhirat untuk
mempertanggungjawabkan harta ini, telah kita gunakan untuk kebaikan kah atau
keberukan kah? Pun dari manakah kita memperoleh harta tersebut? Maka
hati-hatilah terhadap harta dunia. So jangan sombong sudah punya harta melimpah
apalagi jika harta orang tua. Allah maha kaya raya. Tapi banyak juga loh orang
kaya raya yang rendah hati dan membelanjakan hartanya di jalan Allah (jadi
teringat kisah Abdurrahman bin auf kalo tidak salah) yang tak seorang pun
masyarakat di tempatnya tinggal yang tak pernah mencicipi hartanya, semua
pernah mencicipi hartanya tersebut bahkan beliau rela meninggalkan semua
hartanya karena takut tak amanah terhadap hartanya.
So jangan rendah diri jika kita
tidak hebat di mata manusia, tidak ganteng/ cantik, tidak kaya, tidak pintar
apalagi jenius. Yang terpenting adalah kita mau terus berusaha belajar menjadi
manusia yang lebih baik, jangan minder dengan kekurangan diri, dan jadilah
pribadi yang berguna minimal bagi keluarga kita meskipun tak bernilai apa-apa
di mata manusia, karena kita bukan mencari penilaian manusia, tapi penilaian
Allah lah yang terpenting.
Salam ukhuwah fillah, salam
semangat, teruslah memperbaiki diri terus tanpa lelah kalaupun terhenti itu
tanda nafas tak bernyawa lagi. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar